Oleh : Kuntjojo
A. Tujuan Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak
Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah secara intensif. Pengembangan kemampuan berbahasa anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 3) dilakukan dengan tujuan (sebagai berikut.
1. Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif.
2. Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami oleh orang lain.
3. Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
4. Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.
B. Karakteristik Perkembangan Berbahasa Anak Prasekolah
Karakteristik perkembangan kemampuan berbahasa anak TK atau anak usia prasekolah menurut Allen dan Marot (2010: 132 – 133) adalah sebagai berikut:
1. Berbicara tentang benda, kejadian, dan seseorang yang tak ada di sekitarnya : “Rudi punya mobil-mobilan”.
2. Berbicara tentang apa yang dilakukan orang lain: “Mama sedang memasak di dapur’.
3. Menambah informasi mengenai apa yang baru dikatakan: “Iya, lalu ia rebut lagi mainanku”.
4. Menjawab pertanyaan sederhana dengan tepat.
5. Semakin banyak mengajukan pertanyaan, terutama tentang lokasi dan identitas benda atau orang.
6. Menggunakan bentuk percakapan yang semakin banyak yang membuat percakapan terus berlanjut: “Lalu apa yang ia lakkan? “Bagaimana dia bias bersembunyi?”
7. Menarik perhatian orang terhadap dirinya, benda, atau kejadian di sekitarnya: “Lihat helikopterku dating”.
8. Menyuruh orang lain melakukan sesuatu terlebih dahulu: “Ayo melompat ke dalam air. Kamu dulu.”
9. Bisa melakukan interaksi social yang menjadi kebiasaan: “Hai,” “Tolong”.
10. Berkomentar terhadap benda dan kejadian yang sedang berlangsung: “Ada kambing.”
11. Kosakatanya meningkat, anak sudah mampu menggunakan 300 sampai 1000 kata.
12. Mengucapkan sajak sederhana dan menyanyikan lagu.
13. Mengucapkan perkataan yang jelas hamper setiap waktu.
14. Mengucapkan frasa kata benda yang dikembangkan: “Anjing besar berwarna coklat.”
15. Mengucapkan kata kerja dengan kata “sedang”, menggunakan pengulangan kata untuk bentuk jamak.
16. Mengungkpkan kalimat negatif dengan menyelipkan kata “bukan” atau “tidak” sebelum kata benda atau kata kerja sederhana: “Bukan bajuku.”
17. Menjawab pertanyaan mengenai benda atau kejadian yang dikenal anak: “Apa yang sedang kamu lakukan?” “Apa ini” dan “Di mana?”
C. Empat Keterampilan Berbahasa
Perkembangan kemampuan berbahasa anak merupakan suatu proses yang secara berturut-turut dimulai dari mendengar, selanjutnya, berbicara, membaca dan menulis. Adapun perkembangan dari setiap kemampuan pada anak usia TK (4 – 6 tahun) adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar anak-anak harus dikembangkan karena berkenaan dengan upaya memahami lingkungan mereka. Agar mereka belajar untuk mengembangkan kemampuan tersebut, mereka harus menerima masukan informasi dan mengolahnya. Menurut Cassel dan Jalongo (Seefeldt dan Wasik 2008: 353), mendengarkan dan memahami informasi adalah langkah inti dalam memperoleh pengetahuan.
Anak usia TK mengembangan kemampuan mengingat untuk sesuatu yang didengar. Anak mungkin tidak selalu menjadi pendengar yang baik. Hal itu bisa terjadi karena sebagian besar waktu yang dimiliki dipergunakan untuk kegiatan bermain sehingga dirinya tidak sungguh-sungguh dalam mendengar sesuatu, misalnya apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Pada umumnya anak mendengarkan cerita yang panjang, dengan alur yang menarik dan dalam cerita tersebut terdapat tokoh dengan bermacam-macam karakter. Stimulus seperti itu berguna untuk membangkitkan daya imajinasi anak.
2. Perkembangan Berbicara
Untuk belajar bahasa, menurut Dickinson dan Snow (Seefeldt dan Wasik 2008: 354), anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan. Pengalaman menyaksikan, mendengarkan, dan terlibat pembicaraan dengan anggota keluarga merupakan pengalaman yang sangat berharga karena anak dapat belajar bahwa situasi yang mereka hadapi menjadi factor yang dipertimbangkan dalam berbicara.
Pada usia 4 – 6 tahun anak sudah mulai mampu berperan serta dalam percakapan yang panjang. Sebagain dari anak-anak ada yang bisa mendominasi pembicaraan. Pada usia ini anak belajar menjadi pengguna bahasa yang kreatif. Anak dapat membuat atau menamakan sesuatu dengan bahasanya sendiri, khususnya untuk hewan atau mainan kesayangannya.
3. Perkembangan Membaca
Pembelajaran membaca secara formal belum dilaksanakan pada pendidikan di Taman Kanak-kanak. Apa yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut adalah pengembangan keterampilan agar anak siap untuk belajar membaca. Gambar-gambar binatang yang ditempel di dinding kelas yang disertai tulisan yang menerangkan tentang binatang apa merupakan stimulus untuk perkembangan kemampuan membaca.
Anak semakin mengenal kata yang sering dia dengar dan mengenal tulisan untuk kata itu, misalnya kata toko, tv dst. Setiap saat anak melihat huruf dan rangkaian huruf yang kemudian menimbulkan rasa ingin tahu tentang bagaimana mengucapkannya.
4. Perkembangan Menulis
Sama halnya dengan membaca formal, pembelajaran menulis formal tidak dilaksanakan di TK. Yang dilakukan di TK berkenaan dengan kemampuan menulis adalah pengembangan kemampuan agar anak siap untuk belajar menulis. Dan untuk itulah maka upaya pengembangan motorik halus dilakukan secara intensif. Perkembangan anak pada motorik halusnya yang semakin meningkat membuat anak mampu menggambar garis lurus, garis tegak, garis lengkung, lingkaran dan sebainya, yang merupakan dasar untuk menggembangkan kemampuan menulis.
D. Mendengar, Berbicara, dan Awal Membaca dalam Pengembangan Berbahasa
Direktorat Pembinaan TK dan SD (2007: 3 – 4) memberikan pedoman berkenaan dengan upaya pengembangan berbahasa pada anak TK berupa penakanan pada kemampuan mendengar, berbicara, dan awal membaca.
1. Kemampuan Mendengar dan Berbicara
Pengembangan kemampuan mendengar dan berbicara dilakukan agar anak dapat:
a. mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan merespon dengan tepat,
b. berbicara penuh percaya diri,
c. menggunakan bahasa untuk mendapatkan informasi dan untuk komunikasi yang efektif dan interaksi social dengan orang lain,
d. menikmati buku, cerita dan irama,
e. mengembangkan kesadaran bunyi.
Sehubungan dengan tujuan tersebut maka perilaku yang dapat dilakukan anak adalah menurut Direktorat Pembinaan TK dan SD (2007: 4) adalah sebagai berikut.
a. Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai berbicara.
b. Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita.
c. Merespon sumber bunyi atau suara.
d. Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang lain.
e. Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat.
f. Membuat permintaan sederhana.
g. Merespon ketika diajak berbicara atau ditanya.
h. Memulai pembicaraan dengan teman sebaya dan orang dewasa.
i. Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu.
j. Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana.
k. Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan, dan ide.
l. Berpartisipasi dalam cerita, lagu, dan irama.
m. Berpartisipasi dalam dramatisasi dari cerita yang terkenal.
n. Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.
o. Membuat cerita sendiri dan memerankannya.
p. Menggabungkan suara dengan pola irama tertentu.
2. Kemampuan Awal Membaca
Secara umum pengembangan kemampuan awal membaca dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
a. Agar anak dapat membentuk perilaku membaca.
b. Agar anak mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan keterampilan pemahaman.
c. Agar anak mengembangkan kesadaran huruf.
Berkenaan dengan upaya mencapai tujuan di atas ada beberapa kemampuan anak yang dapat dikembangkan, yaitu (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 4 - 5), antara lain sebagai berikut.
a. Mengekspresikan pendapat tentang apa yang sudah dibaca.
b. Mendemonstrasikan cara yang benar dalam menggunakan buku.
c. Meneganali bagian dasar yang digunakan dalam buku (misalnya sampul, judul, paparan, dan halaman).
d. Menikmati membaca dengan orang dewasa dan mau membaca.
e. Mengenal tulisan sebaik mengenal gambar.
f. Mengenali nama mereka sendiri.
g. Mengetahui kalau tulisan dibaca dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
h. Memahami bahwa kata yang diucapkan dapat direpresentasikan dalam tulisan.
i. Menyadari bahwa cerita mempunyai bagian awal, tengah, dan akhir.
j. Mengantisipasi kejadian-kejadian dalam cerita dan membuat prediksi.
k. Menggunakan suara inisial untuk kode kata-kata.
l. Menggunakan gambar untuk kode kata-kata.
m.Menggunakan tulisan untuk mengenal tulisan yang lebih kompleks.
E. Pengembangan Bahasa Anak Melalui Permainan
Pengembangan kemampuan dasar anak, termasuk berbahasa, dapat dilakukan dengan strategi bermain. Ada beberapa jenis permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak sebagaimana dideskripsikan oleh Eli Tohonan Tua Pane (2009) adalah sebagai berikut.
1. Permainan ”Pilih Satu Benda”, dilakukan dengan membagi kelas dalam beberapa kelompok.Tiap kelompok mendapatkan 10 macam benda. Anak kemudian diminta untuk memilih 5 dari 10 benda tersebut. Anak bisa memikirkan mana benda-benda yang lebih penting. Setelah beberapa saat, anak diminta untuk memilih 3 dari 5 benda tadi, akhirnya diminta memilih 1 benda saja. Kemudian setiap kelompok diminta berbicara untuk memberikan alasan mengapa mereka memilih benda tersebut. Tujuan permainan tersebut adalah melatih keterampilan berbicara anak.
2. Permainan “Menebak Suara Binatang”, dilakukan dengan memberikan tulisan/gambar kepada setiap anak dan tidak boleh dibuka sebelum diperintahkan oleh guru. Kemudian setiap anak harus bersuara seperti binatang yang ada di dalam kertas yang diperolehnya (anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan suara yang sama. ”Siapa yang tidak mendapatkan pasangan ? Tebak nama binatang itu !”. Tujuannya adalah membaca kata sederhana tentang nama binatang dan mengenali bunyi.
3. Permainan Moving family, dilakukan dengan memposisikan anak-anak duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka potongan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya ”ayah”, maka anak yang membawa tulisan ayah dapat berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang membawa tulisan ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka semua anak baik yang memegang tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan. Tujuan permainan ini adalah mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan bunyi.
4. Permainan ”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata. Kata yang didapat anak kemudian dituliskan dalam secarik kertas. Tujuan : mengenalkan anak pada huruf-huruf, melatih anak untuk menulis kata.
5. Permainan ”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta memegang ujung-ujung tali, kemudian menggerak-gerakkan tali itu di lantai. Sementara itu anak-anak lain bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah aku menyeberang sungaimu ? Anak yang memegang tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat tertentu bagi anak yang ingin menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, jika kamu mengenakan kaos berwarna putih”. Maka anak yang berkaos putih dapat segera melompati tali yang digoyang-goyang. Demikian berulang-ulang dengan persyaratan yang diajukan oleh pemegang tali berbeda-beda.Tujuannya: mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
6. Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan anak menyusun suatu kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita, dan jika menyebutkan kata-kata tertentu, maka anak telah sepakat untuk membentuk gerakannya.
7. Permainan ”Menulis Dengan Badan”: Anak diminta membayangkan bahwa tubuhnya sebagai pensil, sehingga anak dapat menulis huruf menggunakan badannya. Anak bergerak sesuai bentuk huruf. Anak yang lain diminta menebak. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan kata dalam beberapa huruf, misalnya : madu, dsb. Tujuan :melatih menulis dan membaca huruf.
Contoh aktivitas permainan di atas dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak, pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan kemampuan anak dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
F. Bentuk Kegiatan Pengembangan Kemampuan Berbahasa di TK
Bentuk kegiatan pembelajaran bidang pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak terdiri dari latar belakang, tujuan pengembangan berbahasa, standar kompetensi dan kompetensi dasar, indicator, silabus, SKM serta SKH. Jabaran mengenai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator dari kemampuan bahasa dapat dilihat pada lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, K. Eileen. 2010. Profil Perkembangan Anak : Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun. (Penterjemah: Valentino). Jakarta: PT Indeks.
Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemendiknas.
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.
Pane, Eli Tohonan Tua. (2009) “Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.” Tersedia pada: http://www..bpplsp-reg-1.go.id/buletin/. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
Patmonodewo, Soemiarti. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Seefeldt, Carol dan Wasik Barbara A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. (Penterjemah: Pius Nasar). Jakarta: PT Indeks.
Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
0 comments:
Post a Comment