PENGEMBANGAN SENI DI TAMAN KANAK-KANAK

Oleh: Kuntjojo

A.  Pentingnya Pengembangan Bidang Seni di Taman Kanak-kanak
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk estetis, makhluk yang mempunyai perasaan dan kemampuan untuk menghayati keindahan dengan perasaan yang dimiliki. Demikian juga anak usia prasekolah, mempunyai kemampuan menghayati dan merespon berbagai hal yang dialami dan dihadapi dengan perasaannya dengan caranya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kemampuan sebagaimana digambarkan di atas tidak langsung dimiliki oleh anak sebagai kemampuan yang tinggal menerapkan melainkan diperoleh melalui  belajar  dari lingkungannya.
Atas dasar paparan di atas itulah maka upaya pengembangan kemampuan anak sebaga makhluk estetis harus dilakukan. Untuk itu proses pembelajaran di TK memberikan kesempatan penuh kepada para peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sebagai makhluk estetis dan mengekspresikannya dalam berbagai cara dan media kreatif.

PENGEMBANGAN BERBAHASA DI TAMAN KANAK-KANAK


Oleh : Kuntjojo
A.  Tujuan Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak
Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa usia dini merupakan  masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah secara intensif.  Pengembangan kemampuan berbahasa anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 3) dilakukan dengan tujuan (sebagai berikut.
1.  Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif.
2.  Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami oleh orang lain.
3. Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
4.  Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.

PERANAN FAKTOR ENCODING DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI

Oleh: Kuntjojo
A. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian untuk seseorang, tukar-menukar, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,bertukar pikiran, berhubungan, berteman (Hardjana, 2003: 10).
Ensiklopedia Bebas dunia maya, Wikipedia (2009), mendefinisikan komunikasi sebagai berikut. Communication is commonly defined as “the imparting or interchange of thoughts, opinions, or information by speech, writing, or signs”. Although there is such a thing as one-way communication, communication can be perceived better as a two-way process in which there is an exchange and progression of thoughts, feelings or ideas (energy) towards a mutually accepted goal or direction (information)”. Komunikasi, menurut Wikipedia, adalah proses saling bertukar pikiran, opini, atau informasi secara lisan, tulisan, ataupun isyarat.  Komunikasi bisa   satu arah maupun dua arah.
Dari pendapat tentang pengertian komunikasi tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai unsur sebagai berikut:
1.  Sumber (source): Pihak yang berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi, individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dll. Pihak sumber memiliki  gagasan  yang akan disampaikan kepada penerima. Gagasan diubah menjadi pesan melalui proses encoding, yaitu proses merubah gagasan menjadi simbol-simbol yang umum (kata, bahasa, tanda, gambar, dst.) sehingga dapat dipahami oleh penerima.
2.  Pesan (message): hal-hal yang bersifat verbal dan/ atau nonverbal yang mewakili perasaan, pikiran, keinginan atau maksud sumber tadi.
3.  Saluran/Media (channel): alat/ wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
4. Penerima (receiver): Orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan ini menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/ atau non verbal yang ia erima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses demikian disebut decoding.
5. Efek (effect): Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Oleh: Kuntjojo
A.     Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Abdurrahman dan Bintoro memberi batasan model pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003: 60).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
B.     Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonsrruksi pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama. Menurut Arends (2008: 37), akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal dari tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural.

PSIKOLOGI HIPNOSIS

A.  
Oleh: Kuntjojo

      A.   Pendahuluan
Belakangan ini fenomena hipnosis, yang oleh kebanyakan orang sering disebut hipnotis, semakin dikenal oleh masyarakat antara lain  karena ditampilkannya fenomena tersebut sebagai acara hiburan oleh beberapa stasiun televisi swasta. Reaksi penonton terhadap acara tersebut bermacam-macam, ada yang tak peduli tentang apa itu hipnosis yang penting mereka terhibur, ada yang penasaran, “Kok bisa demikian ya?”, Ada yang menganggap bahwa praktik hipnosis dilakukan dengan memakai kekuatan gaib, mantra-mantra, dst. Ada  pula yang bertanya: “Apakah hipnosis hanya bisa dimanfaatkan untuk keperluan hiburan?” “Apa betul, katanya hipnosis bisa dipergunakan sebagai teknik terapi, bahkan untuk praktik kejahatan?”  Ada pula penonton yang berusaha memahami fenomena tersebut secara ilmiah. Bisakah hipnosis dijelaskan secara ilmiah? 
Bisakah hipnosis dijelaskan secara ilmiah?  Itulah pertanyaan yang sangat menarik untuk dijawab dengan dengan penjelasan karena jawaban terhadap pertanyaan tersebut sekaligus bisa dipakai landasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya. Penjelasan ilmiah menuntut dua hal yang tak terpisahkan yaitu penjelasan secara rasional dan bukti secara empiris.      
B.   Pengertian Hipnosis
Istilah hypnosis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur orang Yunani. Istilah tersebut diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter bedah ternama di inggris yang hidup antara tahun 1795 – 1860. Kata hypnos dipilih Braid karena seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis kelihatannya seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari apa yang sedang dialami dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.  

PSIKOANALISIS

Oleh : Kuntjojo
A.   Sigmund Freud sebagai Pendiri Psikoanalisis
Berbicara mengenai Psikologi Dalam (depth psychology) dan Psikoanalisis pasti berbicara mengenai Sigmund Freud. Sebab psikoanalisis yang merupakan main stream dari psikologi dalam merupakan hasil karya Sigmund Freud. Temuan Freud tentang ketidaksadaran jiwa sebagai salah satu penggerak perilaku manusia dinyatakan sebagai temuan yang fenomenal. Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856 di Moravia, sebuah kota kecil di Austria. Pada saat dia berumur 4 tahun, keluarganya mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi, dan ayah Freud membawa pindah keluargnya, termasuk Freud, ke Wina. Setelah tamat dari sekolah menengah di Wina, Freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan lulus sebagai dokter tahun 1881. Semula ia tidak ingin berpraktik sebagai dokter karena ingin menjadi peneliti. Namun karena kebutuhan keluarga, terutama setelah dia menikah maka akhirnya mulai tahun 1886 ia menjalani praktik sebagai dokter. Meskipun demikian minatnya untuk menjadi ilmuwan tidak pernah surut  Di sela-sela praktiknya, ia masih menyempatkan diri untuk melakukan penelitian dan menulis, terutama dalam bidang neurologi, sebuah bidang yang mendorong Freud menekuni penyembuhan  gangguan-gangguan neurosis.
Minat Freud pada penyembuhan histeria mengantarkan dirinya bekerja sama dengan ahli saraf ternama dari Wina, yaitu Dr. Joseph Breuer. Dalam upaya menyembuhkan pasien penderita histeria, mereka menggunakan metoda hipnosis. Namun setelah terbit buku yang memuat tentang penanganan kasus gangguan jiwa tersebut, Freud memisahkan diri dari Breuer dan juga meninggalkan metoda tersebut Metoda hypnosis menurut Freud, memiliki kelemahan. Kelemahan pertama adalah bahwa metoda tersebut memperlemah jiwa pasien, sedangkan pasien penderita hysteria keadaan jiwanya telah lemah. Kelemahan kedua adalah bahwa kesembuhan pasien ternyata tidak bersifat permanent, melainkan hanya sementara.

KEPRIBADIAN MENURUT PARADIGMA PSIKODINAMIKA

Oleh: Kuntjojo
A.    Pendahuluan
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,   manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami   manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).