PERANAN FAKTOR ENCODING DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI

Oleh: Kuntjojo
A. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian untuk seseorang, tukar-menukar, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,bertukar pikiran, berhubungan, berteman (Hardjana, 2003: 10).
Ensiklopedia Bebas dunia maya, Wikipedia (2009), mendefinisikan komunikasi sebagai berikut. Communication is commonly defined as “the imparting or interchange of thoughts, opinions, or information by speech, writing, or signs”. Although there is such a thing as one-way communication, communication can be perceived better as a two-way process in which there is an exchange and progression of thoughts, feelings or ideas (energy) towards a mutually accepted goal or direction (information)”. Komunikasi, menurut Wikipedia, adalah proses saling bertukar pikiran, opini, atau informasi secara lisan, tulisan, ataupun isyarat.  Komunikasi bisa   satu arah maupun dua arah.
Dari pendapat tentang pengertian komunikasi tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai unsur sebagai berikut:
1.  Sumber (source): Pihak yang berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi, individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dll. Pihak sumber memiliki  gagasan  yang akan disampaikan kepada penerima. Gagasan diubah menjadi pesan melalui proses encoding, yaitu proses merubah gagasan menjadi simbol-simbol yang umum (kata, bahasa, tanda, gambar, dst.) sehingga dapat dipahami oleh penerima.
2.  Pesan (message): hal-hal yang bersifat verbal dan/ atau nonverbal yang mewakili perasaan, pikiran, keinginan atau maksud sumber tadi.
3.  Saluran/Media (channel): alat/ wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
4. Penerima (receiver): Orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan ini menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/ atau non verbal yang ia erima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses demikian disebut decoding.
5. Efek (effect): Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Oleh: Kuntjojo
A.     Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Abdurrahman dan Bintoro memberi batasan model pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003: 60).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi dan belajar secara bersama meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
B.     Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonsrruksi pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama. Menurut Arends (2008: 37), akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal dari tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural.

PSIKOLOGI HIPNOSIS

A.  
Oleh: Kuntjojo

      A.   Pendahuluan
Belakangan ini fenomena hipnosis, yang oleh kebanyakan orang sering disebut hipnotis, semakin dikenal oleh masyarakat antara lain  karena ditampilkannya fenomena tersebut sebagai acara hiburan oleh beberapa stasiun televisi swasta. Reaksi penonton terhadap acara tersebut bermacam-macam, ada yang tak peduli tentang apa itu hipnosis yang penting mereka terhibur, ada yang penasaran, “Kok bisa demikian ya?”, Ada yang menganggap bahwa praktik hipnosis dilakukan dengan memakai kekuatan gaib, mantra-mantra, dst. Ada  pula yang bertanya: “Apakah hipnosis hanya bisa dimanfaatkan untuk keperluan hiburan?” “Apa betul, katanya hipnosis bisa dipergunakan sebagai teknik terapi, bahkan untuk praktik kejahatan?”  Ada pula penonton yang berusaha memahami fenomena tersebut secara ilmiah. Bisakah hipnosis dijelaskan secara ilmiah? 
Bisakah hipnosis dijelaskan secara ilmiah?  Itulah pertanyaan yang sangat menarik untuk dijawab dengan dengan penjelasan karena jawaban terhadap pertanyaan tersebut sekaligus bisa dipakai landasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya. Penjelasan ilmiah menuntut dua hal yang tak terpisahkan yaitu penjelasan secara rasional dan bukti secara empiris.      
B.   Pengertian Hipnosis
Istilah hypnosis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur orang Yunani. Istilah tersebut diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter bedah ternama di inggris yang hidup antara tahun 1795 – 1860. Kata hypnos dipilih Braid karena seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis kelihatannya seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari apa yang sedang dialami dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.